Minggu, 20 November 2016

VIBHUTI MARGA

Tags


A. Pengertian dan Hakikat Vibhuti Marga
Tuhandalam keadaan tanpa sifat disebut nirguna atau sunya. Nirguna atau sunya adalah istilah yang digunakan untuk memahami hakikat Tuhan dalam keadaan hukumnya semula. Dalam ilmu filsafat dikatakan sebagai keadaan alam transendental. Transendental adalah sesuatu yang berada di luar dari lingkaran kemampuan pikir. Kalau diibaratkan fikiran itu mempunyai batas seperti lingkaran, segala yang ada di luar lingkaran dinamakan alam transendental.
Kitab Brahma Sutra memberi keterangantentang aspek transendental itu dengan kalimat  sebagai berikut :  Tad adwyaktm, Aha hi”, artinya “Sesungguhnya Tuhan itu yang tak terkatakan”. Menggambarkan keagungan sifat-sifat Tuhan itu merupakan ajaran dari Vibhuti Marga.

Vibhuti Marga berasal dari bahasa Sansekerta. Kata (vibhu - ti) vibhu ...(adjective) : hadir  di  mana-mana;  kekal;  mengembang  seluas-luasnya;  kuat.  ...(masculine):yang kuasa; yang mahakuasa; brahman.   Mārga...(masculine : jalan; saluran; cara; gaya. Wibhuti Mārga : Jalan atau cara brahman(Kamus Kecil SansekertaIndonesia, hal. 174 - 224). Vibhuti Marga berarti  kebesaran dan kemuliaan Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan yang dihayati oleh para Maha Rsi melalui spiritual. Vibhuti Marga adalah penghayatanterhadap kebenaran dan kemuliaan Sang Hyang Widhi Wasa yang dihayati oleh para maharesi melalui spiritual yang kemudian dilukiskan dalam bentuk puisi sebagai rasa kekagumannya. Hakikat utama ajaran Vibhuti Marga adalah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan persoalan- persoalan yang muncul mengenai sifat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang transendental atau di luar alam indra.

B.Penerapan Vibhuti Marga dalam Kehidupan
Penerapan Vibhuti Marga dapat melaluiempat jalan atau cara yang dapat dilakukan oleh umat Hindu untuk sampai kepada Sang Hyang Widhi antara lain seperti berikut ini.
1.  Ajaran Bhakti Marga (Yoga)
Bhakti merupakankasih sayang yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan jalan kepatuhan atau bhakti. Bhakti yoga disenangi oleh sebagian besar umat manusia. Tuhan merupakanpengejawantahan dari kasih sayang, dan dapat diwujudkan melalui cinta kasih seperti cinta suami kepada istrinya yang menggelora dan menyerapsegalanya. Cinta kepadaTuhan harus selalu diusahakan. Mereka yang mencintai Tuhan tak memilikikeinginan ataupun kesedihan. Ia tak pernah membenci makhluk hidup atau benda apa pun, dan tak pernah tertarik dengan objek-objek duniawi. Ia merangkul semuanya dalam dekapan tingkat kasih sayangnya.Kama (keinginan duniawi) dan trisna (kerinduan) merupakan musuh dari rasa bhakti. Selama ada jejak-jejak keinginan dalam pikiran terhadap objek-objek duniawi,seseorang tidak dapatmemiliki kerinduan yang dalam terhadapTuhanAtma-Nivedana merupakan penyerahan diri secara total setulus hati kepada Tuhan, yang merupakan anak tangga tertinggi dari Navavidha Bhakti, atau sembilan cara bhakti. Atma-Nivedana adalah prapatti atau saranagati. Penyembahmenjadi satu dengan Tuhan melaluiPrapatti dan memperoleh karunia Tuhan yang disebutPrasada. Bhakti merupakan suatuilmu spiritual terpenting, karena mereka yang memiliki rasa cinta kepada Tuhan, sesungguhnya kaya. Tak ada kesedihan selain tidak memiliki rasa bhakti kepada Tuhan.
2.  Ajaran Jñana Marga (Yoga)
Jñanayoga merupakan jalan pengetahuan. Moksa (tujuan hidup tertinggi manusia berupapenyatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa) dicapaimelalui pengetahuan tentang brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Pelepasan dicapai melalui realisasiidentitas dari roh pribadi dengan roh tertinggi atau brahman. Penyebab ikatan dan penderitaan adalah avidya atau ketidaktahuan. Jiwa kecil, karena ketidaktahuan secara bodoh menggambarkan dirinya terpisahdari brahman. Avidya bertindak sebagaitirai atau layer dan menyelubungi jiwa dari kebenaran yang sesungguhnya, yaitu bersifat Tuhan. Pengetahuan  tentang  brahman  atau  brahmajñana  membuka  selubung  ini dan membuat jiwa bersandar pada Sat-Cit-Ananda Svarupa (sifat utamanya sebagai keberadaan kesadaran- kebahagian mutlak) dirinya.
Jñana bukan hanya pengetahuan kecerdasan, mendengarkan atau membenarkan. Ia bukan hanya persetujuan kecerdasan, tetapi realisasi langsung dari kesatuanatau penyatuan dengan yang tertinggi yang merupakan paravidya. Keyakinan intelektual saja tak akan membawa seseorang kepada brahmajnana (pengetahuan dari yang mutlak).  Pelajar  Jñanayoga  pertama-tama  melengkapi  dirinya  dengan  tiga  cara yaitu: (1) pembedaan (viveka), (2) ketidakterikatan (vairagya), (3) kebajikan, ada enam macam (sat-sampat), yaitu: (a) ketenangan (sama), (b) pengekangan (dama), (c) penolakan (uparati), ketabahan (titiksa), (d) keyakinan (sraddha), (e) konsentrasi (samadhana), dan (f) kerinduan yang sangat akan pembebasan (mumuksutva). Selanjutnya ia mendengarkan kitab suci dengan duduk khusuk di depan tempat duduk (kaki padma) seorang guru yang tidak saja menguasaikitab suci Veda (Srotriya), tetapi juga bagus dalam brahman (Brahmanistha). Selanjutnya para peserta didik melaksanakan perenungan, untuk mengusir segala keragu-raguan. Kemudian melaksanakan meditasi yang mendalam kepada brahman dan mencapai Brahma- Satsakara. Ia seorang jivanmukta (mencapai moksa, bersatu dengan-Nya dalam kehidupan ini).
3. AjaranVibhuti Marga (Yoga)
Vibhuti Marga (Yoga) merupakan jalan penghayatan terhadap kebesaran dan kemuliaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai sinar-Nya sebagai simbol keindahan, kemuliaan jiwa, kebenaran, Rta, kebaikan, kebahagiaan, kekekalan, Tuhan dan lain-lain melaluijalan spiritual (pemikiran) oleh para maharsi guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan umatnya.Vibhuti Marga adalah penghayatan terhadap kebenaran dan kemuliaan Tuhan yang dihayati oleh para maharesi melaluispiritual yang kemudiandilukiskan secara lahiriahdalam bentuk puisi sebagai rasa kekagumannya.
4. Ajaran Karma Marga (Yoga)
Karmayoga adalah jalan pelayanan tanpa pamrih, yang membawa pencapaian menuju Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini merupakan penolakanterhadap buah perbuatan. Karmayoga mengajarkan bagaimana bekerja demi untuk kerja itu, yaitu tiadanya keterikatan. Demikian juga bagaimana menggunakan tenaga untuk keuntungan yang terbaik.Bagi seorang karmayogin, kerja adalah pemujaan, sehingga setiap pekerjaan dialihkanmenjadi suatu pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang karmayogin tidak terikat oleh karma (hukum sebab akibat), karena ia mempersembahkan buah perbuatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Ajaran Raja Marga (Yoga)
Rajayoga adalah jalan yang membawa penyatuandengan Tuhan Yang Maha Esa, melalui pengekangan diri, pengendalian diri, dan pengendalian pikiran. Rajayoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indra-indra dan vritti mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran melalui tapa, brata, yoga dan samadhi. Dalam hathayoga terdapat disiplin fisik, sedangkan dalam Rajayoga terdapatdisiplin pikiran. Melakukan raja marga yoga hendaknyasecara bertahap melaluiAstangga Yoga yaitu delapan tahapan yoga, yang meliputi yama, nyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi.
Apa yang telah diturunkan hanya merupakan dasar yang belum sempurna karena ternyata dari Rg Veda 1.31, ditegaskanbahwa ajaran mengenai cara menuju Tuhan itu supaya dikembangkan lebih jauh dengan memperbaiki. Perbaikan-perbaikan itu berjalan pada hakikatnya tergantung pada kemajuan cara berpikir dan filsafat yang dianutnya. Dalam hal ini terjadi proses pembudayaan tentang ajaran jalan menuju Tuhan sampai pada apa yang kita jumpai dalam bentuk seperti sekarang ini.
C.Tujuan Ajaran Vibhuti Marga dan Tujuan Agama Hindu
Tujuan ajaran Vibhuti Marga adalah untuk dapat memahami, mengerti dan menghayati kebesaran dan kemuliaan Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esadengan berbagai sinar-Nya sebagaisimbol keindahan, kemuliaan jiwa,kebenaran, Rta, kebaikan, kebahagiaan, kekekalan, Tuhan dan lain-lain  melalui jalan spiritual (pemikiran) oleh para Maharsiguna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan umatnya.
Agama  adalah  kepercayaan  hidup  pada  ajaran-ajaran  suci  yang  diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi, yang kekal abadi. Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai kedamaian/kebahagiaanrohani dan kesejahteraan hidup jasmani umatnya. Tujuan agama Hindu ini sebagaimana dituliskan dalam berbagai pustaka suci Veda dengan sloka ”Moksartham jagadhita ya ca iti dharma”

                                                              
PENGGAMBARAN TUHAN
                                            
A.      Brahman/Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak terwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bias dipikirkan. Dalam Bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya : Tidak terwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain :
·      Brahman : asal mula dari alam semesta dan segala isinya
·      Purushottama atau Maha Purusha
·      Iswara (dalam Weda)
·      Parama Ciwa (dalam Whraspati tattwa)
·      Sanghyang Widhi Wasa (dalam Lontar Purwa Bhumi Kemulan)
·      Dhata : yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
·      Abjayoni : yang lahir dari bunga teratai
·      Druhina : yang membunuh raksasa
·      Viranci : yang menciptakan
·      Kamalasana : yang duduk di atas bunga teratai
·      Srsta : yang menciptakan
·      Prajapati : raja dari semua makhluk/masyarakat
·      Vedha : ia yang menciptakan
·      Vidhata : yang menjadikan segala sesuatu
·      Visvasrt : ia yang menciptakan dunia
·      Vidhi : yang menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili
Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai :
·           Beliau yang merupakan asal mula, pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta.
·           Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada.
·           Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan.
·           Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup.
·           Maha suci tidak tergoda.
·           Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada duanya.
·      Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya (swayambhu).
Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha menggambarkan Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh karena itu kitab-kitab Upanisad menyatakan definisi atau pengertian apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan yang tidak terbatas itu tidaklah menjangkau kebesaranNya. Sehingga kitab – kitab Upanisad menyatakan tidak ada definisi yang tepat untukNya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan tidak ada definisi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, Na + iti), bukan ini, bukan ini.
Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama, memohon penjelasan para Guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan termasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad) adalah yang paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Brahman memiliki 3 aspek, yaitu :
1.         Sat : sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain diluar Beliau
Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tubuh-tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yang tidak bias bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.
       2.      Cit : sebagai Maha Tahu
Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan Agama, tetapi sumber segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. Dari Avidya (absence of knowledge – kekurang tahuan) menujuVidya atau Maha Tahu.
       3.        Ananda
Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan ilusi, namun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan kesenangan  yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada Ananda ini bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan instingtif yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah  Suka Tan Pawali Duhka, dari kebahagiaan abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi.
Alam semesta ini adalah fragmenNya Tuhan. Brahman memiliki prabawa sebagai asal mula dari segala yang ada. Brahman tidak terbatas oleh waktu tempat dan keadaan. Waktu dan tempat adalah kekuatan Maya (istilah Sansekerta untuk menanamkan sesuatuyang bersifat ilusi, yakni keadaan yang selalu berubah baik nama maupun bentuk bergantung dari waktu, tempat dan keadaan) Brahman.
Jiwa atau atman yang menghidupi ala mini dari makhluk yang terendah  sampai manusia yang tersuci adalah unsur Brahman yang lebih tinggi. Adapun benda-benda (materi) alam semesta ini adalah unsur Brahman yang lebih rendah. Walaupun alm semesta merupakan ciptaan namun letaknya bukan diluar Brahman melainkan di dalam tubuh Brahman.
B. Devata atau Deva
Prasangka banyak orang yang menganggap kosep teologis Hindu adalah Politeistik berangkat dari pemahaman yang salah tentang Deva. Deva adalah sesuatu yang memancar dari Tuhan Yang Maha Esa. Beraneka Deva itu adalah untuk memudahkan membayangkanNya.
Dewa-dewa atau Devata digambarkan dalam berbagai wujud, yang menampakkan diri sebagai personal, yang berpribadi dan juga yang tidak berpribadi. Yang berpribadi dapat kita amati keterangan tentang dewa Indra, Vayu, Surya, Garutman, Angsa yang terbang bebas di angkasa, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berpribadi, antara lain seperti Om ( Omkara/Pranava), Sat, Tat, dan lain-lain.
Dalam kitab suci Rgveda seperti halnya Atharvaveda disebutkan jumlah dewa-dewa itu sebanyak 33 dewa.bila kita membaca mantram-mantram lainnyadari kitab suci Rgveda ternyata jumlah dewa-dewa sebanyak 3339.
C. Personal God dan Impersonal God
Tuhan menurut Monotheisme Trancendent digambarkan dalam wujud Personal God (Tuhan Yang Maha Esa Berpribadi). Sedangkan menurut monotheisme Immanent, Tuhan Yang Maha Esa selalu digambarkan Impersinal God. Memang menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang abstrak (Impersonal God) tanpa mempergunakan sarana jauh lebih sulit dibandingkan menyembah Tuhan Yang Personal God melalui Bhakti dan Karma Marga.
Tuhan Yang Maha Esa ini di dalam Veda digambarkan  sebagai Personal God, dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1)        Penggambaran Antrophomorphic : sebagai manusia dengan berbagai kelebihan seperti bermata seribu, berkaki tiga, bertangan empat dan sebagainya.
2)        Penggambaran Semianthrophomorphic : sebagai setengah manusia atau setengah binatang. Hal ini lebih menonjol dalam kitab-kitab Purana seperti Dewa Ganesha (manusia berkepala gajah), Hayagriwa (manusia berkepala kuda), dan sebagainya.
3)        Penggambaran Unantrophomorphic : tidak sebagai manusia melainkan sebagai binatang saja, misalnya Garutman (Garuda), sebagai tumbuh-tumbuhan, misalnya Soma dan lain-lain.



Artikel Terkait

1 komentar so far

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.


EmoticonEmoticon